Hola..
Disini, Fanie sedang duduk dalam kereta api, dan mengetik blog ini di browser hp dengan dua jempol gw (pake tangan kok, bukan kombinasi tangan dan kaki).
Gw deg2an nih.. Ini pertama kalinya gw pergi ke jakarta naik kereta api setelah 4 tahun.
Absennya gw dari perkretaapian, bukan karena gw ga suka kereta api. Tapi karena kereta api itu mahal dan kurang praktis buat gw yang tinggal di jatinangor ini.
Biasanya, gw ke jakarta naik bus tasik-jakarta ato garut-jakarta dari Cileunyi, lalu turun di UKI, lalu naik Patas 2 sampe otista, lalu di depan sekolah Vincent, gw turun, trus jalan kaki mpe ke rumah opung gw. Keseluruhannya, hanya menghabiskan ongkos 30rb saja.
Tapi, berhubung gw belum sembuh dari luka emosi gw yang disebabkan para tukang ojek UKI, gw mengubah rencana perjalanan, jadi naik kereta api.
Gw tiba di stasiun Hall pkl 12 siang. Awalnya gw ragu bisa dapet tiket untuk KA Parahyangan jam 12.45, krn kata tmn gw, beli tiket KA kudu jauh2 hari (mirip Airas*a ya..). Tapi, ternyata gw dapet tiket di kelas Bisnis, gerbong 1, tempat duduk 1B. Jadi, masuklah gw ke dalam kereta.
Selama gw menunggu, orang2 pada berseliweran di sebelah bangku gw, krn bangku gw di sebelah pintu. Tiap ada ibu2, nenek2, bapak2, kakek2 lewat, gw berdoa sepenuh hati, supaya bukan mrk pasangan duduk gw. Tapi, kalo ada pemuda tampan lewat, gw berdoa, semoga dia orangnya, Tuhan.
Sayangnya..
Kalo diserahkan sama Tuhan, I tend to not get what I want (coz I almost always want those unnecessary things).
Setelah hampir sejam menunggu, kereta api akhirnya berangkat pukul 13.05. Roda baru berputar, ketika akhirnya temen duduk gw dateng. Dia adalah perwira AD (yg berseragam gerilya gitu) yg sejak 15 menit lalu, berdiri tegak seakan sedang berjaga di pintu masuk gerbong, di sebelah bangku gw. Gw pikir, dy lagi mengamankan perwira yg duduk di gerbong eksekutif, gitu..
Dy tanya ke gw,
"Boleh duduk di sini?"
Haa.. Ya iyalah..
Baru gw sadar. Gw duduk tepat di tengah bangku, backpack dan handbag yg gw bawa,duduk mengapit gw di atas kursi.
Ternyata, kecenderungan ekspansi yg gw miliki bukan cuma terlihat pada tes grafis. Maklum, sindrom Napoleon nih. Orang pendek yg ingin menguasai bumi (ato, dalam kasus gw, bangku).
Akhirnya gw minggir dgn malu, si mas2 tentara ngambil bangku bagiannya.
Hey..
Gw kok terpinggirkan nih?
Gw dan dua tas gw yg gede itu terhimpit ke jendela. Kalo ada org lewat yg ngeliat, gw kayak tawanan perang nih, dihimpit tentara.
Gw melirik mas2 tentara itu.
Dia duduk dgn kaki dilebarkan sepuasnya, tangan dilipat di depan dada, kepala tertunduk. Tidur.
Huh, inilah yg terjadi bila militer memasuki wilayah sipil.
Syukurlah gw ga ikut2an bikin Gerakan Fanie Merdeka.
ShareThis
Wednesday, October 29, 2008
Saturday, October 25, 2008
Change is Inevitable
Gw, tidak seperti kelihatannya, adalah orang yang cukup sulit menghadapi yang namanya "perpindahan".
Pindah rumah, pindah kostan, pindah ke lain hati...
semua perpindahan itu gw lewati dengan derai air mata, dan terkadang umpatan, mengapa yang baru tidak sebaik yang lama.
Gw terlalu terikat erat dengan tempat, situasi, gaya hidup, dan manusia, yang bersama mereka gw menjalani hidup sehari-hari dan berbagi kenangan.
Dan sekarang... gw pindah status.
Dari Mahasiswa.. jadi pengangguran.
Not really a good change, right?
Well, apapun statusnya, mau "office worker", "field worker", "newbie entrepreneur", ataupun "jobless busy woman", gw tetep sulit menyesuaikan diri dengan status baru tsb.
Di saat temen2 gw yang berstatus "Active Job seeker" udah sibuk mengirim ratusan CV (jadi inget iklan Tango), gw baru ngirimin satu .
Why?
Gw ngalamin disorientasi status kali ye..
Gw masih ngerasa mahasiswa,
Gw masih dibiayai ortu kayak mahasiswa,
Gw masih tinggal di daerah mahasiswa,
Gw masih gereja di GII, yang oleh banyak orang disebut gereja mahasiswa
Gw masih have fun a la mahasiswa
etc
oh ya..
gw masih bertampang mahasiswa (sebenernya, oleh beberapa orang, tampang gw disebut tampang anak SMP siy. hahaha)
etc
Kata Darwin, adaptation to change is a key to survival.
Bila gw tidak menyesuaikan diri, tidak bergerak seiring waktu, gw bakal punah.
Gw harus get up and go out of my comfort zone.
Gw mau menyesuaikan diri dengan status gw.
Bukan...
bukan status yang "pengangguran banyak kerjaan" itu...
tapi, status "a dinamic young adult that ready to pursue her dream".
en, untuk beradaptasi dengan status itu, gw kudu mengalami yang namanya perubahan.
Masalahnya,
Gw tidak bisa tidak dibiayai ortu
Gw belum bisa pindah tempat tinggal (lagian, gw kan tinggal di rumah sendiri, ada adik gw lagi yg harus diurus)
Gw ngerasa bertumbuh banget gereja di GII, ogah banget deh pindah2.
Gw bingung, "have fun" yang bukan ala mahasiswa itu yang seperti apa???
Jadi, tinggal satu opsi lagi. Mengubah tampang mahasiswa gw.
Jadi, 5 Oktober 2008 itu, gw melangkah ke salon di BIP.
GW MAU POTONG RAMBUT!
Rambut gw yang udah sepinggang itu udah rontok banget. Bener2 ga membuat gw terlihat dinamis seperti yang gw inginkan.
Apalagi, punya rambut panjang itu bener2 high maintenance. Gw males banget bikin budget buat ke salon tiap bulan (malesnya ngebudget nya ya.. kalo ke salonnya gratisan, ini sama sekali ga jadi masalah).
Di Salon J.A. itu, gw membuka-buka katalog potongan rambutnya.
Eng ing eng.. gw menemukan potongan rambut yang cocok dengan bayangan gw. Potongannya pendek.
Mas-mas hairstylist nya udah di belakang badan gw, siap dengan segala peralatannya.
"Mau bikin gimana?" tanyanya
"Gini bisa ga, Mas? Cocok ga buat saya?"
"Bisa.. bisa..." jawabnya sambil meremas-remas rambut gw.
Lalu, dia mengambil rambut gw dan menyatukannya di tulang atlas gw (@leher belakang), seakan ia hendak mengikat rambut gw dengan gaya ekor kuda.
Lalu, ia mengambil guntingnya.
Kresssssssss....
Dia menggunting rambut gw tepat di tulang atlas itu.
Gw melongo.
MY HAIRRRRRRR!!!!!!
5 tahun pengorbanan...
terpaksa mengalami keringatan & gatal2 di leher,
rambut nyangkut2 : di jendela angkot, di pintu kelas, di kancing baju orang tak dikenal di damri, dll
rambut ditarik2 anak bayi di lift (udah gitu, gw pula yang dimarahin nyokapnya, padahal yang menderita kan gw)
rambut didudukin orang,
etc etc...
Si Mas tidak merasakan raungan-dalam-hati gw, dan terus dengan ahli, memainkan cutternya membentuk rambut gw. Dan tiap kali cutternya mengenai rambut gw, gw menjerit pilu dalam hati.
Yes, it's me who want a short hair. But it's him who don't let me change my mind!
Setelah1/2 jam, potongan rambut gw yang baru, selesai.
Gw melihat diri gw di cermin.
One change is done.
Gw melepaskan attachment dengan rambut panjang gw, dan perasaan gw yang merasa istimewa dengan memiliki rambut panjang itu.
It's me. I'm still special, even without being a rapunzel.
There's still a lot to be done.
Baru terjadi satu perubahan. Tapi perubahan ini adalah satu dari sekian banyak dari perubahan-perubahan yang pasti akan datang.
Tapi sekarang, gw akan lebih siap menghadapinya.
Just wish me luck!
Pindah rumah, pindah kostan, pindah ke lain hati...
semua perpindahan itu gw lewati dengan derai air mata, dan terkadang umpatan, mengapa yang baru tidak sebaik yang lama.
Gw terlalu terikat erat dengan tempat, situasi, gaya hidup, dan manusia, yang bersama mereka gw menjalani hidup sehari-hari dan berbagi kenangan.
Dan sekarang... gw pindah status.
Dari Mahasiswa.. jadi pengangguran.
Not really a good change, right?
Well, apapun statusnya, mau "office worker", "field worker", "newbie entrepreneur", ataupun "jobless busy woman", gw tetep sulit menyesuaikan diri dengan status baru tsb.
Di saat temen2 gw yang berstatus "Active Job seeker" udah sibuk mengirim ratusan CV (jadi inget iklan Tango), gw baru ngirimin satu .
Why?
Gw ngalamin disorientasi status kali ye..
Gw masih ngerasa mahasiswa,
Gw masih dibiayai ortu kayak mahasiswa,
Gw masih tinggal di daerah mahasiswa,
Gw masih gereja di GII, yang oleh banyak orang disebut gereja mahasiswa
Gw masih have fun a la mahasiswa
etc
oh ya..
gw masih bertampang mahasiswa (sebenernya, oleh beberapa orang, tampang gw disebut tampang anak SMP siy. hahaha)
etc
Kata Darwin, adaptation to change is a key to survival.
Bila gw tidak menyesuaikan diri, tidak bergerak seiring waktu, gw bakal punah.
Gw harus get up and go out of my comfort zone.
Gw mau menyesuaikan diri dengan status gw.
Bukan...
bukan status yang "pengangguran banyak kerjaan" itu...
tapi, status "a dinamic young adult that ready to pursue her dream".
en, untuk beradaptasi dengan status itu, gw kudu mengalami yang namanya perubahan.
Masalahnya,
Gw tidak bisa tidak dibiayai ortu
Gw belum bisa pindah tempat tinggal (lagian, gw kan tinggal di rumah sendiri, ada adik gw lagi yg harus diurus)
Gw ngerasa bertumbuh banget gereja di GII, ogah banget deh pindah2.
Gw bingung, "have fun" yang bukan ala mahasiswa itu yang seperti apa???
Jadi, tinggal satu opsi lagi. Mengubah tampang mahasiswa gw.
Jadi, 5 Oktober 2008 itu, gw melangkah ke salon di BIP.
GW MAU POTONG RAMBUT!
Rambut gw yang udah sepinggang itu udah rontok banget. Bener2 ga membuat gw terlihat dinamis seperti yang gw inginkan.
Apalagi, punya rambut panjang itu bener2 high maintenance. Gw males banget bikin budget buat ke salon tiap bulan (malesnya ngebudget nya ya.. kalo ke salonnya gratisan, ini sama sekali ga jadi masalah).
Di Salon J.A. itu, gw membuka-buka katalog potongan rambutnya.
Eng ing eng.. gw menemukan potongan rambut yang cocok dengan bayangan gw. Potongannya pendek.
Mas-mas hairstylist nya udah di belakang badan gw, siap dengan segala peralatannya.
"Mau bikin gimana?" tanyanya
"Gini bisa ga, Mas? Cocok ga buat saya?"
"Bisa.. bisa..." jawabnya sambil meremas-remas rambut gw.
Lalu, dia mengambil rambut gw dan menyatukannya di tulang atlas gw (@leher belakang), seakan ia hendak mengikat rambut gw dengan gaya ekor kuda.
Lalu, ia mengambil guntingnya.
Kresssssssss....
Dia menggunting rambut gw tepat di tulang atlas itu.
Gw melongo.
MY HAIRRRRRRR!!!!!!
5 tahun pengorbanan...
terpaksa mengalami keringatan & gatal2 di leher,
rambut nyangkut2 : di jendela angkot, di pintu kelas, di kancing baju orang tak dikenal di damri, dll
rambut ditarik2 anak bayi di lift (udah gitu, gw pula yang dimarahin nyokapnya, padahal yang menderita kan gw)
rambut didudukin orang,
etc etc...
Si Mas tidak merasakan raungan-dalam-hati gw, dan terus dengan ahli, memainkan cutternya membentuk rambut gw. Dan tiap kali cutternya mengenai rambut gw, gw menjerit pilu dalam hati.
Yes, it's me who want a short hair. But it's him who don't let me change my mind!
Setelah1/2 jam, potongan rambut gw yang baru, selesai.
Gw melihat diri gw di cermin.
One change is done.
Gw melepaskan attachment dengan rambut panjang gw, dan perasaan gw yang merasa istimewa dengan memiliki rambut panjang itu.
It's me. I'm still special, even without being a rapunzel.
There's still a lot to be done.
Baru terjadi satu perubahan. Tapi perubahan ini adalah satu dari sekian banyak dari perubahan-perubahan yang pasti akan datang.
Tapi sekarang, gw akan lebih siap menghadapinya.
Just wish me luck!
Labels:
Dear Diary
Subscribe to:
Posts (Atom)